Gerakan Pencerahan IMM Menuju Satu Abad

Oleh: Azwar Kholid

Sejak berdiri tahun 1964, IMM telah menegaskan dirinya sebagai organisasi perkaderan dan gerakan. Dalam hal perkaderan, IMM mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia. Sementara dalam hal gerakan, IMM berkomitmen membantu Muhammadiyah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Meski demikian, kedua hal tersebut belum mempunyai konsep yang jelas dan belum dijalankan sesuai dengan kaidah yang berlaku, baik di tinggat pusat maupun tingkat komisariat. Dalam perkaderan, IMM belum mampu mendiasporakan kader-kadernya secara terstruktur, sistematis, dan masif. Sementara dalam gerakan, IMM belum mampu menghadirkan gerakan pencerahan di tengah-tengah mahasiswa maupun masyarakat. Maka dari itu, perlu ada konsepsi yang jelas dan dijalankan secara progresif.

Agenda Menuju Satu Abad

Kini IMM menghadapi kehidupan kemahasiswaan dan kemasyarakatan yang berada dalam pertaruhan yang krusial karena dilanda berbagai persoalan yang dilematik. Di dalam kehidupan kemahasiswaan, IMM dihadapkan pada permasalahan mahasiswa yang hedonis, apatis, dan pragmatis. Dalam kehidupan masyarakat, IMM dihadapkan pada permasalahan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan. Kendati jumlah kader yang cenderung meningkat setiap tahunnya, namun IMM belum mampu menghadirkan pencerahan bagi mahasiswa dan masyarakat.

IMM menuju satu abad ini harus berkomitmen kuat untuk menghadirkan gerakan pencerahan di tengah-tengah mahasiswa dan masyarakat. Gerakan pencerahan adalah buah pemikiran K.H. Ahmad Dahlan yang digelorakan kembali ketika Muktamar Muhammadiyah tahun 2015 di Makassar. Gerakan pencerahan merupakan praksis Islam yang berkemajuan untuk membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan.

Gerakan pencerahan dihadirkan untuk memberikan jawaban atas permasalahan-permasalahan yang diderita oleh mahasiswa maupun masyarakat. Gerakan pencerahan menampilkan Islam untuk menjawab masalah kekeringan ruhani, krisis moral, kerusakan ekologis, krisis ilmu pengetahuan, dan bentuk-bentuk permasalahan lainnya yang ada di mahasiswa dan masyarakat.

Dengan gerakan pencerahan, IMM akan terus bergerak mengemban misi dakwah dan tajdid untuk menghadirkan Islam sebagai ajaran yang yang mengembangkan sikap tengahan (wasithiyah) sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT Q.S. Al-Baqarah ayat 143 di tengah-tengah mahasiswa dan masyarakat. Sehingga IMM ke depan tidak hanya kuat secara kuantitas, akan tetapi juga kuat secara kualitas sebagai seorang mahasiswa yang sesungguhnya yang berakidah kuat, berwawasan luas dan mampu berperan aktif dalam masyarakat.

Dari Trilogi Menuju Gerakan Pencerahan IMM

Trilogi di dalam IMM secara sederhana dapat kita artikan sebagai lahan garapan. Trilogi tersebut antara lain keagamaan, kemahasiswaan, dan kemasyarakatan. Trilogi ini sendiri merupakan salah satu nilai yang harus diterjemahkan dan dikembangkan menjadi sebuah metodologi gerakan pada tiap level kepemimpinan.

Keagamaan, dalam hal ini Islam adalah pondasi utama bagi setiap gerakan IMM. Islam menjadi falsafah, ideologi dan ruh bagi setiap perjuangan IMM. Sehingga banyak agenda-agenda IMM yang bertema agama untuk menarik para mahasiswa yang minat dalam hal keagamaan. Namun, gerakan IMM dalam hal keagamaan jangan hanya didasarkan pada tekstual saja, karena hal tersebut akan menjadikan kader-kader IMM taqlid.

Kader-kader IMM harus mampu menerjemahkan teks-teks keagamaan secara kontekstual agar sesuai dengan perkembangan zaman. Karena pada dasarnya teks-teks keagamaan (Islam) yang ada dalam Al-Qur’an berlaku sepanjang hayat dan berisi ide-ide ideal yang harus diterjemahkan ke dalam konteks praksis gerakan sesuai dengan perkembangan zaman.

Selain dalam hal keagamaan, lahan garapan IMM adalah kemahasiswaan, atau dapat kita artikan sebagai ranah keilmuan/pemikiran, karena sejatinya sebuah perguruan tinggi adalah ladang ilmu baik ilmu-ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial. IMM harus hadir sebagai organisasi mahasiswa yang menjadi pelopor dan penggerak tradisi keilmuan di ranah mahasiswa.

Sebagai kader IMM, kita harus memiliki nalar kritis terhadap ilmu-ilmu pengetahuan yang ada sekarang, karena pada dasarnya ilmu-ilmu pengetahuan yang ada sekarang bukanlah sebuah kebenaran yang mutlak. Sehingga, harapannya kader-kader IMM akan menjadi anak panah yang memberikan warna baru bagi perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.

Ilmu pengetahuan adalah ibarat pedang, jika dipegang orang yang baik maka akan menghasilkan kebaikan pula, akan tetapi jika dipegang oleh orang jahat maka pedang tersebut akan digunakan untuk kejahatan. Dengan tugas sebagai seorang intelektual, maka kader-kader IMM terlebih dahulu harus memiliki kesadaran untuk membaca buku. Karena dengan membaca, maka akan semakin banyak ilmu pengetahuan yang didapat.

Masing-masing individu kader tentu saja memiliki dasar dan tradisi keilmuan yang berbeda sesuai dengan komisariat/cabang/daerahnya. Hal tersebut menyebabkan melebarnya konflik pemikiran yang menyandera para kader. Maka dari itu, harus ada forum-forum diskusi antar komisariat/cabang/daerah agar perbedaan pemikiran yang dimiliki oleh kader dapat saling melengkapi satu sama lain, terjadi integrasi ilmu pengetahuan.

Selain membaca dan diskusi, hal lain yang harus dilakukan sebagai bentuk gerakan pencerahan adalah menulis, karena dengan menulis, kita akan mampu menyebarkan ide-ide baru kepada masyarakat luas, apalagi di era digital saat ini semakin mudah untuk mengakses berbagai macam karya maupun informasi.

Lahan garapan IMM yang terakhir adalah kemasyarakatan. Sebagai mahasiswa pada umumnya dan sebagai kader IMM khususnya yang memiliki ilmu pengetahuan atau biasa kita sebut sebagai kaum intelektual, maka ia harus mengamalkan ilmunya untuk kepentingan masyarakat. Kader IMM harus sadar dan peka terhadap kondisi masyarakat di sekitarnya agar dapat menghadirkan solusi baru atas segala permasalahan sosial di dalam masyarakat tersebut, sebagaimana yang dihadirkan oleh K.H Ahmad Dahlan melalui Teologi Al-Ma’un.

Gerakan pencerahan yang dapat dihadirkan oleh IMM dalam masyarakat adalah pemberdayaan terhadap masyarakat marginal. Dengan pemberdayaan, kita akan mampu mendorong masyarkat tersebut untuk ikut berperan aktif dalam pemecahan masalah yang mereka alami berdasarkan pada potensi yang mereka miliki.

Azwar Kholid, Sekretaris Umum DPD IMM DIY, Mahasiswa Pascasarjana FEB UGM

Sulaiman Said
Latest posts by Sulaiman Said (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *