Generasi Muda Harus Jadi Pembaharu

Yogyakarta – Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan generasi muda pada umumnya harus menjadi generasi yang beda dari kemapanan, namun tidak asal beda. Ia harus meneladani Pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan yang mendobrak kemapanan dengan landasan Islam yang kokoh.

Dahlan membawa pembaharuan dalam cara berdakwah di tengah kehidupan keagamaan yang masih tradisional di lingkungan Keraton Yogyakarta saat itu.

Hal itu disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir pada malam refleksi Milad IMM ke-55 di Madrasah Muallimin Yogyakarta, Kamis (14/3), yang diadakan oleh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) IMM Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Ahmad Dahlan lahir dari budaya keraton namun “menyempal” dari budaya tersebut dalam menjalankan dakwahnya. Perkenalannya dengan gagasan pembaharuan Islam ala Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha lewat membaca dan diskusi, membuat Dahlan pulang sebagai mujaddid (pembaharu).

Meski kejawaannya masih terlihat dari sikap tenang dan sufistik, namun cara berpikirnya revolusioner. Ia meluruskan arah kiblat salat, mendirikan sekolah Islam modern, dan membuat Surat Al-Ma’un menjadi teologi pembebasan.

“Bahkan, bersama Nyai Dahlan mendirikan pergerakan perempuan ‘Aisyiyah pada tahun 1917, di saat dunia menganggap perempuan sebagai setengah manusia,” kata Haedar menjelaskan kiprah tokoh yang juga Pahlawan Nasional tersebut.

Haedar lalu mengutip Sosiolog Charles Kurzman yang mengatakan Dahlan mengenalkan lima hal pada gerakan dan pemikiran Islam saat itu. Kelimanya ialah dekonstruksi teologi, budaya demokrasi, penghargaan terhadap perempuan dan hak dasar manusia, pranata sosial modern seperti sekolah dan rumah sakit, serta kemajuan berpikir.

Maka Haedar berpesan kepada IMM dan generasi muda untuk meneladani kemampuan membaca KH. Ahmad Dahlan yang melahirkan pembaharuan. Dahlan mampu mengambil saripati bacaan dan melakukan lompatan melalui amal nyata dan praksis gerakan.

“Jangan takut baca buku, kalau dianggap sesat, tetap baca dan cari sesatnya dimana,” pesan Haedar pada seluruh audiens yang hadir malam itu.

Tantangan Generasi Muda

Pada kesempatan yang sama, Asisten Staf Khusus Presiden Bidang Keagamaan Internasional Pradana Boy ZTF mengatakan, dalam upaya menjadi seorang atau sekelompok pembaharu, IMM dan generasi muda dihadapkan pada tiga tantangan.

Tantangan yang pertama adalah pergerakan manusia yang semakin cepat. Hal ini diakibatkan oleh proses globalisasi, maupun kesepakatan politik antar negara yang mempermudah warganya untuk saling berkunjung. Tantangan yang kedua yaitu pergerakan modal, dan terakhir pertumbuhan media.

Pradana menggarisbawahi tantangan terakhir yakni pertumbuhan media. Saking pesatnya, dahulu manusia bingung karena tidak mendapat informasi, tetapi saat ini manusia bingung karena terlalu banyak menerima informasi. Dalam ketiga konteks inilah IMM dan generasi muda perlu mengambil peran dan merumuskan seperti apa bentuknya.

“Di samping mengacu pada landasan normatif (nilai agama dan teladan KH. Ahamd Dahlan), tetapi juga mengacu pada perkembangan di masyarakat,” kata Pradana memberi tips pada hadirin dalam mengambil peran. (ff)

Sulaiman Said
Latest posts by Sulaiman Said (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *